Kembali

Laporan Perekonomian dan Perbankan Januari 2015

Ringkasan

1. Federal Reserve pada Desember 2014 memperbaharui panduan kebijakan ke depan dengan mengubah wording pada statement kebijakan moneternya. Bank sentral Amerika Serikat itu masih memberi sinyal renormalisasi kebijakan moneter, namun dengan perkiraan kenaikan suku bunga yang kurang agresif jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

2. Harga minyak mentah masih mengalami penurunan di tengah kondisi pasar yang mengalami kelebihan pasokan (oversupply). Kejatuhan harga minyak ini telah menimbulkan tekanan besar pada rubel dan "memaksa" Bank Sentral Rusia ini untuk menaikkan policy rate sebesar 6.5% menjadi 17.0%.

3. Kombinasi kenaikan harga BBM bersubsidi, penyesuaian tarif listrik, dan faktor musiman mendorong inflasi y/y ke level 8,36% (+2,46% m/m) pada Desember 2014. Tekanan inflasi diprediksi menurun dan berpotensi berada dibawa 4% pada akhir 2015 jika harga minyak mentah (Brent) terus berada di sekitar US$ 50 per barel sepanjang tahun ini.

4. Menutup tahun 2014, kinerja Greenback masih perkasa menguat terhadap hampir seluruh major currencies dan emerging market. Divergensi kebijakan moneter yang mungkin diadopsi oleh The Fed di tengah pelonggaran moneter sejumlah bank sentral mendorong dolar AS melanjutkan rally 2014.

5. Kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan sebesar 42,47% y/y ke level Rp 461,35 triliun selama tahun 2014. Namun demikian strategi front loading yang akan diterapkan pemerintah pada kuartal I-2015 diperkirakan akan menekan pasar obligasi, namun tekanan diprediksi bersifat sementara.

6. Likuiditas perbankan kembali menunjukkan perbaikan selama empat bulan berturut-turut yang terlihat dari penurunan LDR sistem perbankan hingga mencapai 89,5% pada Oktober 2014. Iklim suku bunga yang tinggi membawa pengaruh positif bagi pertumbuhan simpanan perbankan. Di sisi lain, melemahnya prospek bisnis menyebabkan pertumbuhan kredit mengalami perlambatan.

7. Saldo neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar USD 5,7 miliar pada tahun 2015 sebagai dampak dari penurunan harga minyak yang mempengaruhi harga ekspor komoditas utama Indonesia. Pos neraca minyak mentah diperkirakan akan terjadi penghematan sekitar USD 1,1 miliar dari sisi impor.

8. Menutup tahun 2014, risiko industri perbankan Indonesia pada bulan Desember 2014 mengalami penurunan. Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index, BSI) LPS turun sebesar 10 bps dari 100,40 pada November 2014 menjadi 100,30 pada Desember 2014; status "Normal" sesuai kategori Crisis Management Protocol (CMP) LPS. Penurunan BSI didorong oleh penurunan pada sub indeks Credit Pressure (CP) dan Market Pressure (MP). Sedangkan sub indeks Interbank Pressure (IP) mengalami peningkatan.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengunduh pada tautan berikut

Laporan Perekonomian dan Perbankan Januari 2015