Kembali

Laporan Perekonomian dan Perbankan Periode Bulan Agustus 2015

Ringkasan Laporan

  1. China men-"devaluasi" mata uangnya pada bulan Agustus 2015 untuk menstimulasi aktivitas ekonomi dan mendukung internasionalisasi yuan. Sementara itu Pelemahan yuan dan berbagai mata uang lain serta risalah rapat the Fed yang dianggap "dovish" menurunkan peluang kenaikan Fed rate di bulan September 2015.
  2. Pasar keuangan Malaysia menghadapi tekanan berat akibat kombinasi kejatuhan harga minyak, normalisasi kebijakan moneter AS, skandal keuangan, serta profil ULN yang relatif tidak sehat.
  3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat menjadi 4,67% y/y pada kuartal II 2015 dari 4,72% pada kuartal sebelumnya akibat pelemahan permintaan domestik. Sementara itu Defisit neraca berjalan sedikit meningkat ke US$ 4,48 miliar (2,05% PDB) pada kuartal II 2015 dari US$ 4,1 miliar (1,92% PDB) pada kuartal sebelumnya. Neraca pembayaran mengalami defisit sebesar US$ 2,93 miliar.
  4. Pemerintah mengajukan defisit sebesar Rp 273,18 triliun (2,1% PDB) untuk tahun anggaran 2016. Alokasi belanja infrastruktur naik 7,99% menjadi Rp 313,5 triliun.
  5. Langkah devaluasi Yuan menimbulkan gejolak pada pasar keuangan dunia serta berpotensi memicu timbulnya "currency war". Secara umum pasar keuangan global: valas, saham, dan surat utang menunjukkan adanya tekanan yang signifikan pada bulan Juli-Agustus 2015.
  6. Perlambatan aktivitas ekonomi telah menyebabkan turunnya jumlah uang beredar yang kemudian menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja profitabilitas industri perbankan.
  7. Kontraksi pada pendapatan bunga serta peningkatan cost of fund, membuat manajemen bank harus mencari cara untuk memperbaiki sumber pendapatan dan pengeluaran.
  8. Kondisi fundamental supply-demand batubara tampaknya belum mendukung arah pemulihan harga hingga akhir tahun. Tekanan terhadap harga diperkirakan semakin kuat menyusul adanya sinyal perlambatan impor dari India.
  9. Kebijakan pelemahan yuan memberikan sentimen negatif terhadap harga batubara karena adanya persepsi terkait pelemahan ekonomi China.
  10. Risiko industri perbankan Indonesia mengalami penurunan. Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index, BSI) LPS pada bulan Juli  2015 menurun sebesar 6 bps dari bulan sebelumnya, atau dari 100,31 menjadi 100,25 (kategori: "Normal").

untuk informasi lebih lanjut silahkan klik tautan ini