Kembali

"Subdebt" Bakal Marak Beberapa Bank Siapkan Emisi Obligasi Subordinasi

JAKARTA, KOMPAS-Penerbitan obligasi subordinasi atau subdebt dinilai akan menjadi strategi utama perbankan untuk menghimpun dana sekaligus meningkatkan permodalan pada tahun 2007. Sejumlah bank juga telah bersiap-siap menerbitkan subdebt pada tahun 2007.

Pengamat perbankan, Mirza Adityaswara pada hari Rabu (3/1) di Jakarta menjelaskan bahwa ada sejumlah faktor yang mendorong maraknya-penerbitan subdebt.

Pertama, dana yang diperoleh dari penerbitan subdebt umumnya berjangka panjang sehingga sesuai untuk disalurkan sebagai kredit infrastruktur atau kredit investasi lainnya.

Kedua, subdebt bisa dipakai untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) perbankan. Instrumen tersebut tentu akan menjadi solusi di tengah tuntutan untuk meningkatkan modal.

Apalagi, salah satu kriteria bank berkinerja baik (BKB) ialah capital adequacy ratio (CAR) minimum 10 persen. BKB merupakan level yang wajib dipenuhi perbankan pada akhir tahun 2007.

Produk bank ditinggalkan Bank yang gagal memenuhi BKB akan dikenakan sanksi berupa pengawasan yang lebih ketat oleh Bank Indonesia (BI).

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan Krisna Wijaya mengatakan, penerbitan subdebt akan menjadi alternatif terbaik ketika dana pihak ketiga (DPK) tidak lagi cukup untuk mendukung penyaluran kredit.

Seiring turunnya suku bunga deposito hingga ke level 7-8 persen per tahun saat ini, instrumen itu memang makin ditinggalkan nasabah. Deposan banyak yang beralih ke reksa dana, obligasi, atau saham. "Namun, bank harus hati-hati sebab kalau tidak jelas ke
gunaannya (subdebt) hanya akan menjadi beban," tutur Krisna.

Berdasarkan data BI, posisi total DPK perbankan nasional per Oktober 2006 sebesar Rp 1.233,65 triliun, tumbuh 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Likuiditas bank Adapun total surat utang, termasuk subdebt yang diterbitkan perbankan per Oktober 2006, senilai Rp 13,86 triliun. Direktur Bank Mandiri Sentot A Sentausa mengatakan, penerbitan subdebt tergantung kondisi likuiditas bank bersangkutan.

Beberapa bank tercatat tengah bersiap-siap menerbitkan subdebt, antara lain BNI dan Bank Mega. BNI akan menerbitkan subdebt senilai 200-300 juta dollar AS, sedangkan Bank Mega akan menerbitkan subdebt Rp 1 triliun sekitar Juni 2007.

Beberapa waktu lalu, Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Budi Mulya mengatakan, sampai bulan Oktober 2006, BI telah memberikan persetujuan kepada 15 bank untuk menerbitkan emisi obligasi subordinasi dalam valuta asing dengan total nilai 1,3 miliar dollar AS dan 40 juta euro.