Skip to main content
Siaran Pers

Ketua DK LPS : Pengaruh Kondisi Global Terhadap Likuiditas Domestik Dapat Dimitigasi Oleh Kebijakan yang Baik

Dibaca: 8 | By 09 Agu 2022Juli 11th, 2023No Comments
LPS Imbau BPR/BPRS Adaptif Melalui Transformasi Digital dan Mendorong Go Public

PRESS-30/SEKL/2022

LPS-Jakarta. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, untuk kondisi likuiditas domestik sebenarnya Indonesia dapat mengurangi dampak pengaruh kebijakan di  Amerika Serikat atau global melalui  kebijakan dalam negeri yang baik.

“Kita bisa mengendalikan supply uang di dalam sistem finansial kita, dan ini sudah dilakukan oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan M0 atau pertumbuhan uang primer mencapai 20 persen, bahkan angka terakhir menunjukkan pertumbuhannya di angka 28 persen. Artinya, sudah cukup banyak uang yang berada di sistem perekonomian kita,” ujarnya di CNBC TV, Selasa (9/8/2022).

Sering disebutkan bahwa perekonomian dunia sedang menghadapi ancaman pengetatan likuiditas. Hal tersebut berkaitan dengan tapering off yang dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed), yang antara lain tujuannya untuk mengendalikan inflasi dan membawa ekonominya ke level yang lebih stabil, yaitu dengan cara menaikkan bunga dan mengetatkan kebijakan moneter.

“Di Amerika Serikat saat ini hampir resesi, diperkirakan tapering yang dilakukan Bank Sentral mereka juga hampir berakhir. Jadi kami melihat ujung dari tapering tersebut sudah sedikit terlihat. Pengetatan lebih lanjut tidak akan terlalu signifikan. Artinya kendala global, dalam hal ini dampak negatif dari pengetatan kebijakan moneter di AS, yang kita hadapi akan tidak akan sebesar seperti yang diperkirakan sebelumnya,” jelasnya.

Baca juga:  LPS-MA Gelar Sosialisasi Demi Tingkatkan Pemahaman Bersama Mengenai Peran dan Fungsi LPS

Keadaan likuiditas dalam sistem finansial kita yang lebih dari cukup antara lain ditunjukkan juga oleh indikator lainnya, seperti  Rasio Alat Likuid atau Non-Core Deposit (AL/NCD) ada di level 133,4% dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) di level 29,9% pada Juni 2022. Nilai ini berada di atas threshold masing-masing minimal 50% dan 10%.

“Intinya likuiditas perbankan nasional tetap terjaga  dengan baik. Perlu ditekankan lagi di sini  bahwa kondisi likuiditas tersebut  bukan  hanya tergantung kepada kondisi global saja, karena sebenarnya kondisi likuiditas perbankan ada di bawah kendali kita sendiri.  Bank Sentral kita senantiasa  menjaga likuiditas perbankan dan memonitor terus dari waktu ke waktu. Dan KSSK sudah menemukan cara yang jitu untuk memelihara atau menjaga likuiditas perbankan nasional,” tambah Purbaya.

Kepemilikan Asing di SBN

Lebih lanjut, menjawab pertanyaan mengenai susutnya kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) yang menurut data terakhir menyusut ke angka sekitar 15 persen. Purbaya menjelaskan bahwa ada dua sisi yang dapat dilihat  dari perkembangan tersebut.

“Sisi baik dari hal tersebut adalah ketergantungan kita terhadap dana asing untuk pembangunan semakin kecil, lebih banyak uang yang bersumber dari dalam negeri yang dapat digunakan untuk membiayai misalnya pembangunan infrastruktur nasional.  Keuntungan lainnya adalah  stabilitas pasar SBN menjadi lebih mudah dijaga karena kita tidak terlalu terpengaruh lagi oleh pegerakan investor asing di pasar obligasi. Dengan jumlah kepemilikan asing yang lebih sedikit, maka akan relatif lebih memudahkan bagi  Bank Sentral maupun pemerintah dalam mengendalikan gejolak di pasar obligasi,  sehingga stabilitas pasar finansial relatif lebih mudah dijaga ,” jelasnya.

Baca juga:  Menkeu Apresiasi LPS Dalam Menjaga Kepercayaan Masyarakat Untuk Menabung di Bank

Ia pun membandingkan dengan Jepang, dimana hampir 90 persen surat berharganya dikuasai oleh domestik.

“Jadi jika ada gonjang ganjing di pasar dunia yield government Jepang tetap stabil, dan stabilitas sistem finansial mereka tetap terjaga,” ucapnya.

Kemudian terkait risikonya jika kepemilikan asing yang semakin kecil. Ia menjelaskan jika modal asing banyak yang keluar, tentunya hal tersebut juga akan membuat stabilitas rupiah menjadi terganggu, dan rupiah akan terkoreksi.

“Namun mereka juga investor yang mencari return. Kalau pertumbuhan ekonomi suatu negara itu kuat, hal itu juga akan menarik investasi di pasar surat utang negara juga. Pertumbuhan ekonomi yang kuat akan mengundang investasi di sektor riil maupun di sektor finansial, sehingga nilai tukar menguat dan yield surat utang negara pun cenderung turun. Hal tersebut akan menguntungkan investor di pasar surat utang negara.  Jadi, kuncinya adalah kita harus terus menjaga pertumbuhan dan sustainability dari pertumbuhan ekonomi kita,” ujarnya.

Ruang Penurunan Suku Bunga Mulai Terbatas

Terkait dengan ruang penurunan suku bunga yang mulai terbatas, ia mengatakan penurunan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) LPS diikuti penurunan cost of fund perbankan dan tingkat bunga kredit. Seiring dengan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara, global cost of fund mulai mengalami kenaikan sehingga penurunan cost of fund perbankan Indonesia pun semakin terbatas ruangnya.

Baca juga:  Jaga Kestabilan Industri Perbankan, LPS Sesuaikan TBP Simpanan Valuta Asing

“Untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional, LPS akan berhati-hati dalam mengubah tingkat bunga penjaminan.  Hal yang terpenting dijalankan saat ini adalah LPS bersama anggota KSSK yang lain akan selalu berkoordinasi, dan LPS pun akan terus memonitor segala perkembangan yang terjadi baik domestik maupun global,” pungkasnya.

Bagikan:

Leave a Reply

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel