
Jakarta – Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Maret 2025 berada di level 78,3, melemah 1,9 poin dari posisi bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penurunan komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 3,8 poin pada periode yang sama ke level 87,0, sementara Indeks Intensitas Menabung (IIM) turun terbatas 0,1 poin ke level 69,5.
Terkait dengan komponen IIM, sebanyak 31,9% responden Survei Konsumen dan Perekonomian (SKP) LPS menyatakan tidak pernah menabung. Angka ini lebih tinggi dari 27,6% responden yang tidak pernah menabung pada bulan Februari 2025. Lebih lanjut, terjadi sedikit penurunan pada persentase responden yang menilai bahwa nilai yang ditabung lebih kecil dari yang direncanakan, yaitu dari 56,4% responden pada Februari 2025 menjadi 53,7% responden pada Maret lalu.
Pada komponen IWM, terjadi penurunan responden yang menyatakan bahwa tiga bulan mendatang merupakan waktu yang tepat untuk menabung, yaitu dari 40,5% pada Februari 2025 menjadi 38,9% pada Maret 2025. Sementara itu, persentase responden yang menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menabung membukukan penurunan dari 26,5% menjadi 24,8%.
Perkembangan ini menunjukkan rencana dan intensitas menabung konsumen yang menurun. Hal tersebut terkait dengan rencana konsumen yang mengalokasikan pendapatannya lebih banyak untuk belanja menyambut bulan puasa dan Idulfitri.
Pergerakan IMK pada sebagian kelompok pendapatan rumah tangga (RT) cenderung melemah pada Maret 2025. Penurunan terbesar IMK terlihat pada kelompok RT berpendapatan hingga Rp1,5 juta/bulan (turun 17,0 poin MoM) dan RT berpendapatan di atas Rp7 juta/bulan (turun 5,0 poin). Khusus kelompok RT dengan pendapatan di atas Rp7 juta/bulan, IMK tercatat konsisten di atas level 100. Lebih lanjut, IMK RT berpendapatan di atas Rp1,5 juta hingga Rp3 juta/bulan dan kelompok RT berpendapatan di atas Rp3 juta hingga Rp7 juta/bulan juga melemah masing-masing sebesar 1,3 poin dan 0,3 poin MoM.
Optimisme Konsumen Tetap Terjaga
Hasil SKP LPS menunjukkan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Maret 2025 mengalami penurunan, namun masih berada di atas level 100. IKK Maret 2025 mencapai 101,5, turun sebesar 5,6 poin MoM. Perkembangan ini menunjukkan terjaganya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi nasional, ekonomi di wilayahnya dan pendapatan rumah tangga.
Pelemahan juga terlihat pada dua komponen IKK, yaitu Indeks Situasi Saat Ini (ISSI) maupun Indeks Ekspektasi (IE). ISSI tercatat menurun ke level 79,3, dari posisi Februari 2025 sebesar 84,8. Sementara itu, IE melemah ke level 118,2 dari level 123,9.
Selain kenaikan harga sembako serta sulitnya lapangan kerja, responden survei menyebutkan faktor kenaikan harga elpiji dan kelangkaan elpiji sebagai faktor utama yang memengaruhi pemburukan ekonomi di wilayahnya. Faktor lain seperti kegagalan panen, terutama komoditas hortikultura, membukukan kenaikan dari bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga sejumlah komoditas seperti bawang merah dan cabai yang didorong oleh ketatnya pasokan dan permintaan yang meningkat selama bulan puasa dan menjelang Idulfitri. Konsumen juga melihat adanya kenaikan pengeluaran rumah tangga seiring berakhirnya stimulus diskon tarif listrik pada Maret 2025. Meski demikian, konsumen menilai adanya bantuan sosial (bansos) serta adanya proyek pemerintah dan swasta menjadi faktor positif yang menopang perkembangan ekonomi wilayah. Persentase dua faktor tersebut naik dari bulan sebelumnya.
Ditinjau berdasarkan pendapatan rumah tangga (RT), IKK pada seluruh kelompok RT menurun pada Maret 2025. Penurunan terbesar terjadi pada IKK RT berpendapatan di atas Rp1,5 juta hingga Rp3 juta/bulan (turun 7,1 poin MoM), diikuti IKK RT berpendapatan di atas Rp3 juta–Rp7 juta/bulan (turun 4,6 poin). Lebih lanjut, IKK RT berpendapatan hingga Rp1,5 juta/bulan dan RT berpendapatan di atas Rp7 juta/bulan turun lebih kecil, masing-masing sebesar 3,8 poin dan 2,5 poin. Level IKK RT berpendapatan di atas Rp3 juta–Rp7 juta/bulan dan RT berpendapatan di atas Rp7 juta/bulan, tetap bertahan di atas level 100.
Tentang IMK dan IKK
Indeks Menabung Konsumen (IMK) menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen. Level IMK di atas 100 menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen yang tinggi. IMK terdiri dari dua komponen penyusun yaitu Indeks Intensitas Menabung (IIM) dan Indeks Waktu Menabung (IWM). IIM menunjukkan penilaian konsumen tentang intensitas dan kemampuan menabung, sedangkan IWM menggambarkan penilaian konsumen terhadap waktu yang tepat untuk menabung atau niat untuk menabung.
Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) menunjukkan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi, lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga. Level IKK di atas 100 menunjukkan konsumen lebih optimis terhadap kondisi ekonomi secara umum, ekonomi wilayah, kondisi lapangan kerja saat ini, dan prospeknya dalam enam bulan mendatang.